Rabu, 26 November 2008

SISTEM E-LEARNING : UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KARYAWAN

Essay buat tugas akhir Sistem Informasi Manajemen

I. PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan keunggulan kompettitifnya, sebuah perusahaan yang baik dan mantap, haruslah mempunyai suatu sistem yang mengelola pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu yang bekerja pada perusahaan tersebut. Apabila hal demikian telah terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki sistem manajemen pengetahuan yang baik.
Sebuah sistem manajemen pengetahuan yang baik akan meliputi suatu sistem penyimpanan (repository) informasi dan pengetahuan. Sumber informasi dan pengetahuan tersebut berasal dari pengetahuan yang telah dimiliki perusahaan tersebut secara internal, yang kemudian dikembangkan dan dihubungkan dengan sumber-sumber eksternal lainnya seperti dari pemerintah dan dunia industri.
Sistem manajemen pengetahuan juga mencakup jaringan distribusi serta prosedur penyaluran informasi/pengetahuan tersebut kepada setiap individu di dalam perusahaan tersebut baik yang sedang maupun yang akan memerlukannya sehingga pengetahuan yang telah dipelajari dapat digunakan lagi dan lagi (reuseable/guna ulang). Sistem manajemen pengetahuan ini harus memiliki system pembelajaran yang tepat dan efektif bagi karyawan perusahaan.
Pembelajaran merupakan jantung dari suatu perusahaan atau individu dalam mengembangkan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan dengan cepat. Pembelajaran merupakan strategi dan sekaligus sebagai solusi bagi suatu organisasi/perusahaan maupun individu untuk beradaptasi dan mengambil tindakan yang efektif untuk menciptakan keunggulan daya saing.
Untuk mempermudah penyebaran pengetahuan dan mendukung system pembelajaran ini perusahaan harus memiliki system yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan perusahaan dalam hal penyebaran pengetahuan dengan efisiensi biaya yang tinggi dan kemudahan akses dari para pegawainya. Tujuan utama system manajemen pengetahuan adalah meningkatkan kompetensi pegawai di perusahaan sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya manusia. Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sedemikian pesat tersebut menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Integrasi teknologi informasi ke dalam dunia usaha telah menciptakan pengaruh besar. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, system manajemen pengetahuan di perusahaan dapat digunakan secara efisien dan efektif serta berkelanjutan.
Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia usaha adalah e-learning atau elektronik learning. Saat ini e-Learning mulai mengambil perhatian banyak pihak, baik dari kalangan akademik, profesional, perusahaan maupun industri. E-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituang dalam format digital dan disajikan melalui teknologi informasi. Dalam dunia usaha dan industri, e-Learning dinilai mampu membantu proses dalam meningkatkan kompetensi karyawan atau sumber daya manusia
E Learning merupakan sebuah alat yang dinilai ampuh untuk lebih memberdayakan sistem manajemen pengetahuan. Dikatakan demikian, karena dengan adanya e-Learning, proses pengaksesan informasi yang telah terekam dapat dilakukan dari tempat yang jauh dari perusahaan tempat kerja. Sehingga e-Learning tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator juga sekaligus mempermudah mereka (para karyawan perusahaan tersebut) untuk terus belajar dari pengalaman mereka sebelumnya yang telah direkam dan didokumentasikan serta tersimpan dalam repository.
Dengan sistem e-Learning yang dimanfaatkan secara tepat guna, suatu organisasi/perusahaan dapat dengan cepat meningkatkan efisiensi dalam mereplikasi pengetahuan yang telah berhasil dikuasai dan dipelajari di suatu bagian ke seluruh sendi tubuh organisasi/perusahaan yang lainnya. Replikasi secara cepat ini sangat penting dalam memastikan bahwa perusahaan tidak lagi berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama dan harus kembali lagi mempelajarinya dari awal, serta informasi pengetahuan menjadi tidak terisolasi dalam suatu bagian-bagian individu-individu dalam suatu organisasi/perusahaan.
e-Learning memberdayakan salah satu karakteristik yang berguna dari pengetahuan, yaitu sekali diciptakan kemudian disimpan. Dengan demikian, akan sangat mudah untuk direplikasikan ke seluruh bagian organisasi/perusahaan. Penggunaan e learning bertujua untuk memberikan pembelajaran kepada karyawan untuk meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan guna menunjang kinerja karyawan itu sendiri. Hal tersebut pada akhirnya akan berperan pada tingkat kemajuan dan kinerja perusahaan.

II. PERMASALAHAN
Sekalipun e-learning telah banyak digunakan dan dikenal luas, implementasinya membawa pengaruh bagi perkembangan system tekonologi informasi di perusahaan dan belum terlalu banyak diketahui umum sehingga menarik untuk dibahas lebih lanjut.

Essay ini akan memfokuskan pada pembahasan mengenai system e learning sebagai upaya peningkatan kompetensi karyawan di perusahaan. Bagian pertama akan dibahas tentang latar belakang e learning, setelah itu dijelaskan manfaat dan kendala dalam implementasi e learnig termasuk didalamnya perbandingan dengan pola pembelajaran system konvensional. Lebih lanjut disajikan beberapa implementasi e learning di perusahaan besar di Indonesia sebagai bahan perbandingan. Bagian akhir akan menjelaskan beberapa rekomendasi sehubungan dengan implementasi e learning dan upaya peningkatan kompetensi karyawan.

III. ANALISA PERMASALAHAN
Pengertian dan Sejarah E Learning
E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.

E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.

E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi/perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas.
E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.

Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa :
 Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.

 Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.

 Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.

 Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.

Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e-learning akan menjadi sistem pembelajaran masa depan. Seiring perkembangan Internet, penggunaan sistem e-learning pun tumbuh luar biasa. Internet telah digunakan sebagai tool untuk melakukan pembelajaran.
Pakar e-learning dunia Marc J. Rosenberg mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi Internet untuk menyampaikan berbagai macam solusi guna meningkatkan pengetahuan dan kinerja. Jadi, e-learning mengacu pada kegiatan pembelajaran atau transfer informasi dan skill dengan menggunakan media Internet.


Manfaat dan Kendala E Learning

Tujuan umum system manajemen pengetahuan menggunakan e-Learning di perusahaan adalah agar tersedia akses belajar dan perbaikan kesamaan kesempatan belajar pada semua karyawan dengan fleksibilitas yang tinggi terutama dalam hal waktu dan akses. Tujuan ini pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kompetensi karyawan. Sebagaimana diketahui, perkembangan pengetahuan dan system kerja di perusahaan berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan pasar dan dunia perekonomian sehingga karyawan dituntut memiliki komptensi yang lebih dari waktu ke waktu dan up date dengan perkembangan dunia guna menunjang kinerjanya.

Dalam implementasi e learning, tidak sedikit kendala yang dihadapi, namun manfaat yang diperoleh juga cukup banyak jika dibandingkan dengan pola pembelajaran konvensional. Berikut disajikan beberapa manfaat dan kendala yang dihadapi dalam implementasi e learning.

Manfaat E-learning :

1. Kemudahan akses bagi karyawan dari tempat kerja tanpa harus datang secara fisik. Hal ini memberikan manfaat dari segi waktu bagi karyawan dimana pembelajaran bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan pekerjaan dalam waktu lama, bahkan akses dapat dilakukan di luar jam kerja dengan pengaturan waktu yang disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan pekerja (learning while working).

2. Ketersediaan informasi yang melimpah dari sumber-sumber di seluruh dunia. Dengan menggunakan internet sebagi media pembelajaran akan didapatkan sumber informasi untuk pengayaan materi yang jumlahnya sangat tak terbatas

3. Biaya yang lebih kecil secara keseluruhan dibandingkan dengan pelatihan konvensional. Sekalipun biaya investasi awal pengembangan system e learning cukup besar, namun dalam jangka panjang, nilai biaya menurun seiring dengan pemakaian e learning seperti pengurangan ruang-ruang tempat pelatihan berarti pemangkasan biaya sewa dan perluasan ruang kantor/perusahaan, pengurangan biaya akomodasi peserta pelatihan,dll.

4. Kecepatan dan kemudahan up date materi/ pengetahuan dari perusahaan kepada karyawan sehingga penngkatan kompetensi bisa diperoleh dalam waktu singkat dan mempersiapkan karyawan untuk menghadapi tantangan usaha lebih cepat dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

5. Pemerataan kesempatan belajar dan pengembangan diri bagi seluruh karyawan dengan mendapat kesempatan yang sama untuk membangun sikap proaktif dalam pengembangan kompetensi diri yang akan meningkatkan kinerja karyawan.

Kendala E-learning :
1. Masih rendahnya minat belajar dari karyawan disebabkan karena faktor budaya (nyaman dengan pekerjaan yang telah ada sehingga peningkatan kemampuan dinilai tidak terlalu diperlukan).

2. Kemampuan teknologi yang terbatas dari para karyawan terutama kemampuan teknologi internet dan penggunaan teknologi berbasis system lainnya, terutama untuk karyawan dengan system pekerjaan konvensional/manual dan sedikit bersentuhan dengan teknologi.

3. Keterbatasan teknologi informasi perusahaan karena system e learning membutuhkan bandwidth yang besar dan tim manajemen/task force e learning yang tersendiri (khusus) karena penerapan e learning berkelanjutan dan membutuhkan up date kontinyu.

4. Perkembangan e learning secara komersial masih didominasi oleh Negara tertentu, bagi Indonesia hal ini menjadi kendala dalam hal kemudahan memperoleh aplikasi dan biaya. Sebagian besar system e learning masih dikuasai oleh negara-negara maju seperti Australia dan Amerika sehingga untuk mengembangkan system e learning yang memadai, perusahaan di Indonesia harus membeli dari luar negeri.

Penerapan E Learning di Beberapa Negara dan Perusahaan
Survei yang dilakukan American Society for Training & Development pada 2004 mengungkapkan bahwa hampir 60% perusahaan di Amerika Serikat telah atau mulai mengimplementasi e-learning di perusahaan mereka.
Di Australia,dipicu biaya pelatihan dan tenaga pelatih yang cukup mahal, kini banyak perusahaan beralih ke e-learning. Untuk memberi solusi efektif e-learning, banyak perusahaan di Australia menggunakan pendekatan fully blended learning. Lalu, semua universitas dan perguruan tinggi pun memiliki pusat pengembangan e-learning. Yang tak kalah penting, ada dukungan penuh dari pemerintah. Melalui departemen pendidikan dan perindustrian, pemerintah pusat dan negara bagian memberi dukungan dana puluhan juta dolar untuk berbagai proyek e-learning. Depperindag di Victoria misalnya, memberi akses gratis Learning Management System (LMS) Blackboard yang dipusatkan layaknya sebuah application service provider, sehingga dapat dipakai oleh semua penyelenggara kursus dan institusi pendidikan di Victoria.
Tak hanya itu. Pemerintah Australia juga mengucurkan dana untuk pembuatan ribuan Learning Object (LO) dari berbagai mata kuliah – yang dapat diakses gratis oleh setiap guru/dosen untuk membuat bahan ajar dalam format e-learning. Dengan adanya LO, mereka tidak perlu lagi membuat ulang bahan yang sudah ada. Institusi tinggal mengambil yang sudah ada di repositori, mengedit dan memperkayanya. Pengembangan bahan diawasi oleh para Certified Instructional Designer dan secara teknis dialihdayakan ke perusahaan swasta. Menariknya, repositori LO setiap negara bagian saling terhubung dan dapat diakses.
Pemerintah Australia juga membuat lembaga standardisasi nasional e-learning, yang disebut E-learning Standard Group. Tugasnya mengatur standar metadata LO; arahan desain bahan-bahan e-learning; standar penggunaan aplikasi; standar desain konten e-learning, dan sebagainya.
Di Indonesia, walaupun tidak ada data resmi mengenai jumlah perusahaan dan lembaga pendidikan yang telah menerapkan e-learning di Indonesia, sejumlah perusahaan yang telah mempraktikkan e-learning, antara lain: Bank Mandiri, Indosat, BII, BNI, Garuda Indonesia, Telkom, FIF, SAP Indonesia, Citibank, IBM Indonesia, dan lainnya. Bahkan, perusahaan-perusahaan itu mensyaratkan pegawainya mengikuti e-learning (di luar jam kerja) dengan memberikan reward and punishment-nya. Bagi yang telah mengikuti pelatihan tertentu melalui e-learning dan ujiannya lulus, akan mendapat poin tertentu. Sebaliknya, kalau tidak mengikuti pelatihan via e-learning yang telah disyaratkan, mereka bakal kehilangan kesempatan untuk dipromosikan.
Sejak tahun 2006, Indonesia dalam hal ini lembaga SWA dan Pustekkom Depdiknas menyelenggarakan “E Learning Award”, sebuah ajang yang memberikan penghargaan pada perusahaan,lembaga atau organisasi yang mengembangkan e learning baik dalam hal implementasi,pengembangan software maupun materi lainnya yang berkaitan.

Berikut beberapa penerapan e learning di perusahaan Indonesia :
1. Pada BII, e-learning telah diimplementasi sejak tahun 2000. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi karyawan bank ini. Lalu, pada 2005 dikembangkanlah portal korporat yang disebut BII Corporate University.Pada perkembangan selanjutnya, LMS pun diimplementasi sebagai aplikasi inti sistem e-learning. Investasi yang ditanamkan BII untuk mengembangkan sistem e-learning hanya 0,1% total anggaran pelatihan. Relatif kecilnya investasi untuk mengembangkan BII Corporate University dan LMS itu, terutama lantaran menggunakan platform open source. Adapun dana yang dikeluarkan lebih digunakan untuk meng-upgrade kinerja perangkat keras, mengembangkan modul pembelajaran, dan biaya penunjang lainnya.
Fitur-fitur yang tersedia pada portal itu dibangun berdasarkan konsep content management system (CMS), sehingga sistem ini bisa diisi beragam konten dari banyak kontributor, sehingga tercipta lingkungan berbagi pengetahuan secara kolaboratif. Modul pembelajaran jarak jauh yang telah disediakan, antara lain: Know Your Customer-Anti Money Laundering (KYC-AML); Operational Risk Management; dan Product Knowledge & Service Quality, Introduction to Banking; dan Legal for Bankers.
2. Akhir tahun 2005, Garuda Indonesia pun memutuskan untuk mengimplementasi e-learning – yang disebut GA e-Learning. Keputusan itu diambil setelah diyakini bahwa e-learning bisa dipakai sebagai salah satu tool strategis untuk mencapai tujuan perusahaan. Investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan GA e-Learning relatif sangat kecil. Pasalnya, platform infrastruktur TI di Garuda memang sudah tersedia secara lengkap, sehingga memudahkan penambahan sistem aplikasi, tanpa mesti mengubah konfigurasi yang sudah ada. Di samping itu, perangkat lunak e-learning yang digunakan pun diambil dari open source, yakni Moodle.
3.
3. Pada November 2006, BNI pun secara resmi mulai menggunakan sistem e-learning, yang disebut Program e-Learning BNI. Untuk mengembangkan sistem e-learning ini BNI mesti menginvestasikan dana hingga Rp 8,1 miliar lebih – terutama digunakan untuk pengembangan konten (courseware), yang mencakup 69 kursus, terdiri dari 269 modul, dengan total waktu pelatihan 167 jam. Sementara LMS yang digunakan merupakan salah satu modul yang ada di aplikasi SDM dari Oracle e-Business Suite versi 11, yang dinamakan Human Capital Management System.
Hingga Oktober 2007, dari total pegawai BNI yang sebanyak 18.431 orang, tercatat 16.733 orang telah menggunakan Program e-Learning BNI. Pengguna terbanyak dari Sentra Kredit Cabang sebanyak 1.036 learner (dari total 1.193 pegawai); sedangkan persentase terbanyak dicapai oleh Divisi Bisnis Kartu, yang telah melatih 391 learner atau mencapai 98,24% dari total pegawainya yang sebanyak 398 orang.
Melalui penerapan e-learning, pihak BNI bisa menikmati penghematan yang signifikan. Penghematan biaya pelatihan dengan menggunakan e-learning dibanding pelatihan tradisional, minimum meliputi tiga komponen biaya, yakni biaya transportasi, uang saku peserta, dan konsumsi. Data per 31 Juli 2007, dari 24 course dan 6 test/survei online, penghematan dari tiga komponen biaya itu senilai Rp 64 miliar lebih. Penerapan e-learning ini bisa menghemat biaya pelatihan per individu, di samping adanya berbagai manfaat lainnya.
Selain sosialisasi dari awal, BNI juga memberikan stimulus-stimulus untuk mensukseskan program perubahan yang dilakukan, misalnya, program Learner Award untuk pegawai yang aktif melakukan pembelajaran melalui e-learning. Award tersebut berupa insentif sejumlah rupiah tertentu bagi yang telah menyelesaikan courseware, hadiah laptop bagi best performers hingga training ke luar negeri. Dengan penerapan e learning ini sendiri, beberapa inisiatif sudah menunjukkan hasil, misalnya produktivitas karyawan meningkat. Ke depannya BNI mengharapkan dengan adanya perubahan sistem dan paradigma ini, karyawan bisa semakin engange, dan itu artinya tidak hanya puas dan senang kerja di perusahaan ini, tapi terus mencari cara-cara baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

4. PT Federal International Finance (FIF) juga termasuk perusahaan juga menerapkan e learning. Bahkan, di perusahaan pembiayaan kredit sepeda motor ini e-learning telah dipakai sebagai tool orientasi karyawan baru dan prasyarat kelulusan masa probation. Pengembangan e-learning di FIF sudah dimulai tahun 2003. Namun, efektif dipakai dalam proses pembelajaran wajib bagi karyawan FIF baru Mei 2006. Nama programnya Oracle Learning Management System (OLMS) - SCORM Comply. Biaya untuk membangun e-learning ini relatif kecil, karena aplikasi LMS diperoleh gratis dari Oracle sebagai bagian dari pembelian paket software Human Resource Management System (HRMS). Adapun biaya yang dikeluarkan, terutama untuk pembelian terminal Rp 2 juta per cabang (total 102 komputer yang diinstal); biaya pengembangan modul – secara paralel 6-10 modul (durasi 4 jam) – US$ 2-3 ribu; dan biaya lainnya. Sejak Mei 2006 hingga April 2007, total karyawan yang mengakses sebanyak 4.600 orang. Sementara karyawan yang diwajibkan mengikuti 2.600 orang. e-Learning ini sangat bermanfaat sebagai salah satu tool strategis untuk meningkatkan kompetensi knowledge karyawan FIF.
Lebih lanjut, penerapan e-learning di FIF telah meningkatkan efisiensi secara signifikan. Sebagai gambaran, karyawan baru wajib mendapat pelatihan kelas yang disebut Basic Mentality. Sejak Mei 2006, pelatihan yang tadinya dijalankan konvensional dikonversi menjadi e-learning. Tercatat ada 2.500 karyawan baru yang diwajibkan mengikuti pelatihan selama periode 1 Mei 2006 hingga 30 April 2007. Dengan konversi ini, tercipta efisiensi sebesar 72% per tahun. Dengan adanya e-learning, pelatihan yang seharusnya diadakan dalam waktu 6 hari, bisa dipangkas menjadi tiga hari. Penghematan yang bakal diperoleh FIF dengan pola e-learning (dibanding pola konvensional) sebesar 45%.

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahan, pengelolaan sumber daya manusia sebagai faktor potensial harus dilakukan dengan konsep yang tepat. Salah satu bagian dari pengelolaan SDM adalah peningkatan kompetensi karyawan guna meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan melalui sistem manajemen pengetahuan. Pemberian pelatihan dinilai cukup memberikan hasil namun metode yang digunakan terus berkembang. Terakhir, perkembangan sistem manajemen pengetahuan adalah dnegan menggunakan metode e learning.

E-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituang dalam format digital dan disajikan melalui teknologi informasi dan didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD dengan memanfaatkan perangkat komputer.

Perkembangan e learning telah dimulai sejak tahun 1990 dan terus berkembang hingga saat ini dengan penerapan yang telah menyebar luas diberbagai negara seperti Amerika,Australia, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, perkembangan e learning menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam 2 tahun terakhir (terutama dengan adanya survei untuk E Learning Award yang diadakan Swa dan Pustekkom Depdiknas) dimana beberapa perusahaan besar telah mengimplementasikan sistem ini sejak tahun 2000 dan memberikan dampak bagi peningkatan kompetensi karyawannya terutama yang berhubungan dnegan bisnis perusahaan itu sendiri. Beberapa perusahan yang telah menerapkan e learning diantaranya : Bank Mandiri, Indosat, BII, Bank BNI, Garuda Indonesia, Telkom, FIF, SAP Indonesia, Citibank, IBM Indonesia, dan lainnya.

Implementasi e learning juga memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan disamping peningkatan kompetensi pegawai, diantaranya media e-Learning lain dapat menjangkau lebih banyak peserta, menghemat biaya pelatihan per individu,meningkatkan ragam pembelajaran bagi setiap karyawan sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan fleksibilitas karyawan dalam melakukan pembelajaran, pemerataan kesempatan belajar dan kecepatan up date pengetahuan dalam perusahaan.
Penerapanya juga tidak terlepas dari beberapa kendala diantanya sulitnya menumbuhkan minat belajr karyawan dikarenakan budaya belajar yang rendah dan kemampuan teknologi individu yang terbatas, serta masih sulitnya pembelian sistem e learning bagi perusahaan lokal karena pengembangan komersial e learning masih didominasi pihak luar seperti Australia.

Beberapa rekomendasi dalam mengembangkan E learning di perusahaan dalam upaya peningkatan kompetensi karyawan adalah:
 Perlu dilihat kapasitas perusahaan yang menggunakan sistem e learning dnegan pola pembelajaran konvensional. Untuk perusahaan yang tersebar di banyak lokasi, metode e learning cukup memberikan manfaat biaya, namun untuk perusahaan yang terkonsentrasi di satu lokasi dengan tingkat pekerjaan lebih fleksibilel maka pola pembelajaran dengan tatap muka mungkin lebih efektif. Namun tidak tertutup kemungkinan penggunaan sistem campuran dimana pola e learning dipadukan dengan sistem e learning.
 Untuk perusahaan/organisasi yang mengarah kearah komersialisasi, agar perusahaan tersebut dapat sukses mengimplementasikan e-Learning sebagai upaya yang mengarahkan perusahaan sebagai organisasi pembelajar (learning organization), harus selalu menekankan tujuan bisnis yang jelas, karena hal tersebut merupakan kunci sukses dalam mengidentifikasikan pengetahuan seperti apa yang penting bagi perusahaan tersebut dan juga bagi para karyawannya. Selain itu, juga perlu diidentifikasi tentang jenis pengetahuan apa yang perlu dipelajari oleh para karyawannya sehingga dampak pengimplementasian e-Learning ini akan terasa sekali meningkatkan kinerja perusahaan dan menghasilkan laba sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh manajemen.
 Untuk mengatasi rendahnya tingkat budaya belajar dan kemampuan teknologi karyawan, konten e-learning dibuat sedemikan rupa sehingga mendorong pembelajar bisa aktif sendiri. Penggunaan animasi atau hal-hal lain yang dinilai akrab dengan lingkungan karyawan menjadi salah satu pilihan utama.
 Proses sosialisasi e learning harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan baik dalam hal sosialisasi awal untuk pengenalan sistem maupun sosialisasi dalam hal perkembangan materi dan sistem e learning itu sendiri.
 Peran serta manajemen harus di seluruhlini, artinya e learning bukan hanya menjadi tanggung jawab divisi SDM atau Litbang saja, namun dari level manajemen tingkat bawah harus bertanggung jawab dalam implementasi e learning dalam lingkungan kepemimpinannya.
 Integrasi yang jelas antara implementasi e learning dengan pengelolaan SDM sehingga bagi karyawan, penggunaan e learning menjadi suatu keharusan seperti persyaratan untuk mendapatkan promosi di posisi tertentu harus telah lulus dalam materi e learning tertentu.
 Penggunaan insentif seperti learner award juga dapat digunakan untuk meningkatkan minat karyawan mengakses e learning yang pada akhirnya akan memberikan manfaat berupa penanaman kebiasaan untuk menggunakan system e learning guna menigkatkan pengetahuan dan kompetensinya.


DAFTAR REFERENSI
Martin, Brown, De Hayes, Hoffer, Perkins, Managing Information Technology, 4th edition, Prentice-Hall, New Jersey, 2002
Robbins,Stephen P., Judge, Timothy A., Perilaku Organisasi, edisi 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2008
Sardjono,Wahyu., SWA Online, Ini Era E Learning Bung!, 20 November 2007
Sugiarsono, Joko., SWA Online, e-Learning Award 2007, Bukan Kontes Biasa, 08 November 2007
http://suray.wordpress.com/e-learning-peranan-dalam-manajemen-pengetahuan
http://www.bni.co.id/human resources
http://www.elearning.gunadarma.ac.id

Tidak ada komentar: